Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial
Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. PTK adalah suatu penelitian yang
dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan
oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan
sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan
belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Di
dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan pada skala makro ataupun
mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu
berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan
tertentu pada suatu mata kuliah.
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dilakukan dalam rangka guru bersedia untuk mengintropeksi,
bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya sendiri sehingga kemampuannya
sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup professional untuk selanjutnya,
diharapkan dari peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran, keterampilan,
pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak
didik untuk menjadi dewasa.
Upaya peningkatan kualitas tersebut
diharapkan dilakukan secara sistematis, realities, dan rasional, yang disertai
dengan meneliti semua “ aksinya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu
persis kekurangan-kekurangan dan kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan “aksi”
nya masih terdapat kekurangan, dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga
di dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya tidak terjadi permasahan.
Menurut Richart Winter ada enam
karekteristik PTK, yaitu
1. Kritik
Refeksi
Salah satu langkah di dalam
penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK ialah adanya upaya
refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya
saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi
atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga
dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.
2.
Kritik Dialektis;
Dengan adanyan
kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik terhadap
fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan
pemeriksaan terhadap:
(a) konteks
hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan
secara jelas
(b) Struktur kontradiksi internal, -maksudnya di
balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami
perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.
3. Kolaboratif;
Di dalam PTK diperlukan hadirnya
suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega,
mahasiswa, dan sebagainya. Bentuk kerja sama atau kolaborasi di antara para anggota
situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses dapat berlangsung. Kolaborasi
dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang yang disampaikan oleh setiap
kolaborator. Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti
berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung.
Resiko yang mungkin ada diantaranya
(a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk melakukan suatu
transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian, aksi
peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan
sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan selanjutnya
menyebabkan pandangannya berubah.
4. Susunan
Jamak;
PTK memiliki struktur jamak karena
jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau
kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang
diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif.
Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses
belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan,
tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang
dicapai, dan sebagainya.
5. Internalisasi
Teori dan Praktik;
Menurut pandangan para ahli PTK
bahwa antara teori dan praktik keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang
saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung tranformasi.
Ada empat jenis PTK, yaitu:
1. PTK
Diagnostik
PTK diagnostik ialah penelitian yang
dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini
peneliti mendiagnosia dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar
penelitian.
2. PTK
Partisipan
PTK partisipan ialah apabila orang
yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian
sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian,
sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti
memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir
dengan melaporkan hasil panelitiannya.
3. PTK Empiris;
PTK empiris ialah apabila peneliti
berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang
dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses
penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman
penelti dalam pekerjaan sehari-hari.
4. PTK
Eksperimental;
PTK eksperimental ialah apabila PTK
diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara
efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar. Dengan
diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang
paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
Permasalahan : Apa yang
anda lakukan apabila dalam proses PTK yang telah anda rancang pada saat
pelaksanaanya di temukan masalah baru yang membutuhkan penangan khusus???? Uraikan
ide cemerlangmu pada kolom dibawah... ^_^
Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. apabila terdapat permaslahan baru, Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil atau juga untuk meneliti permaslahan yang baru pada siklus kedua. karena pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya.
BalasHapusberarti dengan ada masalah baru tersebut dapat embuat kita menyusun ulang strategi yabg telah kita susun? apak seperti itu atau bagaimana ?
HapusSiklus terdiri atas (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi dan perencanaan kembali. dengan melanjutkan kEpada siklus kedua untuk mengatasi hambatan yaNg terjadi pada siklus yang sebelumnya.
BalasHapusJadi diselesaikan terlebih dahulu siklusnya baru kita buat rencana yang baru gitu ya maya?
HapusApakah tidak bisa lngsung diatasi pada siklus yang pertama?