A.Pengertian Berpikir
Devinisi
berfikir yang paling umum adalah berkembngnya ide dan konsep (Bochenski) dari
Suriasumantri ( ed), 1983 ;52 didalam diri seseorang. Penkembangan ide
dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara
bagian-bagian infarmasi yang tersimpan dalam diri seseorang yang berupa
pengertian-pengertian. “ berfikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita
berfikir saat melamun sambil menunggu kuliah psikologi umum dimulai. Kita berfirasat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di local.
Berfikir
adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan sesuatu yang menjadi
ia tahu atau suatu kegiatan yang melibatkan otak kita bekerja. Simbol-simbol yang digunakan dalam berfikir pada umumnya adalah mengguanakan
kata-kata, bayangan atau gambaran dan bahasa. Namun, sebagiian besar dalam berfikir orang kebanyakan lebih sering menggunakan bahasa
atau verbal kenapa, karena bahasa merupakan alat penting dalam berfikir. Seperti yang dipaparkan
diatas yaitu dalam proses berfikir ada konsep yang harus kita ketahui.
B. Berpikir
Tingkat Tinggi
Berpikir Tingkat Tinggi terjadi
ketika seseorang mengambil informasi baru dan informasi yang tersimpan dalam
memori dan saling terhubungkan atau menata kembali dan memperluas informasi ini
untuk mencapai tujuan atau menemukan jawaban yang mungkin dalam situasi
membingungkan.
C. Definisi Keterampilan Berfikir
Keterampilan
berpikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecah-pecah ke dalam
langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan sebagai pedoman berpikir. Satu
contoh keterampilan berpikir adalah menarik kesimpulan (inferring), yang
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk (clue)
dan fakta atau informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat
suatu prediksi hasil akhir yang terumuskan.
Terdapat tiga istilah yang berkaitan
dengan keterampilan berpikir, yang sebenarnya cukup berbeda; yaitu berpikir
tingkat tinggi (high level thinking), berpikir kompleks (complex
thinking), dan berpikir kritis (critical thinking). Berpikir
tingkat tinggi adalah operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada
proses-proses berpikir yang terjadi dalam short-term memory. Berpikir
kompleks adalah proses kognitif yang melibatkan banyak tahapan atau
bagian-bagian. Berpikir kritis merupakan salah satu jenis
berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik. Lawan dari berpikir kritis
adalah berpikir kreatif, yaitu jenis berpikir divergen, yang bersifat menyebar
dari suatu titik.
D.
Bagaimana Melatih Siswa
Berpikir Tingkat Tinggi?
Di Indonesia, proses pembelajaran
yang melatih siswa berpikir tingkat tinggi memiliki beberapa kendala. Salah
satunya adalah terlalu dominannya peran guru di sekolah sebagai penyebar ilmu
atau sumber ilmu (teacher center) belum student center; dan fokus
pendidikan di sekolah lebih pada yang bersifat menghafal/pengetahuan faktual.
Siswa hanya dianggap sebagai sebuah wadah yang akan diisi dengan ilmu oleh
guru. Kendala lain yang sebenarnya sudah cukup klasik namun memang sulit
dipecahkan, adalah sistem penilaian prestasi siswa yang lebih banyak didasarkan
melalui tes-tes yang sifatnya menguji kemampuan kognitif tingkat rendah. Siswa
yang dicap sebagai siswa yang pintar atau sukses adalah siswa yang lulus ujian.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
yang sudah mulai diterapkan di Indonesia sebenarnya cukup kondusif bagi
pengembangan keterampilan berpikir, karena mensyaratkan siswa sebagai
pusat belajar. Namun demikian, bentuk penilaian yang dilakukan terhadap kinerja
siswa masih cenderung mengikuti pola lama, yaitu model soal-soal pilihan ganda
yang lebih banyak memerlukan kemampuan siswa untuk menghafal. Prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan dalam pengajaran keterampilan berpikir di sekolah
antara lain adalah sebagai berikut:
- keterampilan berpikir tidak otomatis dimiliki siswa
- keterampilan berpikir bukan merupakan hasil langsung dari pembelajaran suatu bidang studi
- Pada kenyataannya siswa jarang melakukan transfer sendiri keterampilan berpikir ini, sehingga perlu adanya latihan terbimbing
- Pengajaran keterampilan berpikir memerlukan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student-centered).
Selain beberapa prinsip di atas,
satu hal yang tidak kalah pentingnya dalam melatih keterampilan berpikir adalah
perlunya latihan-latihan yang intensif. Seperti halnya keterampilan yang lain,
dalam keterampilan berpikir siswa perlu mengulang untuk melatihnya walaupun
sebenarnya keterampilan ini sudah menjadi bagian dari cara berpikirnya. Latihan
rutin yang dilakukan siswa akan berdampak pada efisiensi dan otomatisasi
keterampilan berpikir yang telah dimiliki siswa. Dalam proses pembelajaran di
kelas, guru harus selalu menambahkan keterampilan berpikir yang baru dan
mengaplikasikannya dalam pelajaran lain sehingga jumlah atau macam keterampilan
berpikir siswa bertambah banyak.
Hasil penelitian Computer
Tchnology Research (CTR) menunjukkan bahwa seseorang hanya dapat mengingat
apa yang dilihatnya sebesar 20%, 30% dari yang didengarnya, 50% dari yang
didengar dan dilihatnya, dan 80% dari yang didengar, dilihat dan dikerjakannya
secara simultan. Selain itu Levie dan Levie dalam Azhar Arzad (2009: 9) yang
membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar
dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual
membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat,
mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep.
Sedangkan stimulus verbal memberikan hasil belajar yang lebih baik apabila
pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan (sekuensial).
Permasalahan :
Kita sebagai mahasiswa atau calon
guru usaha atau cara apa yang dapat dilakukan untuk mengajarkan/membiasakan siswa untuk berfikir tingkat tinggi, sehingga
dalam proses pembelajaran siswa akan cepat paham dan mengerti dengan materi
yang telah kita sampaikan?

salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah tidak secara langsung secara mentah-mentah memberikan materi pembelajaran melainkan siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri. seperti guru bisa mengajar dengan mengejar pertanyaan-pertanyaan yang menantang atau pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya membangun
BalasHapusSebagai seorang guru atau calon guru, agar dapat melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi bisa dilakukan dengan latihan soal-soal ataupun dengan memberikan permasalahan yang membuat siswa tertantang untuk berpikir tingkat tinggi
BalasHapus