Baru-baru ini dengan diterapkannya
Kurikulum 2013 timbul beberapa pro dan kontra. Hal ini diakibatkan kebijakan
yang pemerintah buat tidak sesuai dengan harapan dan kondisi nyata yang ada di
lapangan. Para guru yang ditunjuk sebagai pelaksana kurikulum merasa bingung
dengan diterapkannya kurikulum 2013 ini. Kebanyakan dari mereka masih
menggunakan kurikulum sebelumnya yakni kurikulum KTSP dalam pembelajarannya,
karena mereka belum begitu paham dengan kurikulum 2013 yang sebenarnya, padahal
beberapa dari mereka telah dilatih dalam persiapan pelaksanaan Kurikulum 2013.
Salah satu perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah
adanya buku siswa dan buku guru yang telah disediakan oleh pemerintah pusat
sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah. Sesuai dengan pendekatan yang
digunakan dalam kurikulum 2013, yakni pendekatan scientific.
Pendekatan ini lebih menekankan pada
pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Pendekatan ini dilaksanakan dengan
melibatkan tiga model pembelajaran diantaranya adalah problem based
learning, yaitu model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa
pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri,
menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan
siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Project based learning,
adalah pemanfaatan proyek dalam proses belajar mengajar, dengan tujuan
memperdalam pembelajaran atau pembelajaran berbasisi proyek, dimana siswa lebih
aktif dan guru hanya sebagai fasilitator,
dan discovery learning yaitu. Proses peembelajaran yang terjadi bila
siswa tidak disajikan dengan pelajaran dalam benatuk finalnya. Ketiga model ini
akan menunjang pelaksanaan kurikulum 2013.
Guru merupakan salah satu faktor
penting dalam implementasinya kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum
tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka
kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya
pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan
demikian peran guru dalam mengimplementasikan kurikulum memegang posisi kunci.
Dalam proses pengembsngan kurikulum, peran guru lebih banyak dalam tataran
kelas.
Pada pelaksanaannya
Kurikulum 2013 di daerah masih menyisakan berbagai persoalan. Meski tujuan
kurikulum baru itu baik, namun pelaksanaan di lapangan harus mendapat banyak
perbaikan. Persoalan-persoalan yang muncul antara lain :
1. Guru sebagai manajer di kelas belum memahami benar implementasi kurikulum
2013 yang seharusnya. Meskipun sudah dilakukan pelatihan-pelatihan terhadap
guru, tetapi belum semua guru memahaminya secara baik. Pun guru yang mengikuti
pelatihan belum semua informasi terkait dengan implementasi kurikulum terserap
dengan baik.
2. Kurangnya buku panduan pelajaran dari Pemerintah Pusat. Bahkan di beberapa
sekolah SMP yang menjadi pilot project
penerapan Kurikulum 2013 di Kabupaten Tegal (dan mungkin di kabupaten lainnya
di Indonesia), hanya terdapat dua buku panduan. Untuk mengatasi itu, pihaknya
mengunduh buku panduan dari internet dan memperbanyak.
3. Buku siswa yang idealnya juga dimiliki siswa dengan komposisi satu buku
satu siswa masih belum dapat disediakan dengan cukup. Kondisi tersebut memaksa
sekolah untuk melakukan pengadaan buku tersebut dengan penggandaan yang
tentunya membutuhkan biaya tambahan.
4. Sistem rapor. Masalah mungkin muncul pada pertengahan Oktober depan,
berkaitan dengan sistem rapor kepada orang tua siswa. Hingga sekarang belum ada
petunjuk teknis bagaimana rapor itu nanti dibuat, yang mengacu kepada sistem
penilaian di perguruan tinggi dengan nilai A, B, C, dan seterusnya.
5. Lainnya adalah keberatan para orang tua siswa berkaitan dengan adanya
kata-kata kasar dalam buku panduan Kurikulum 2013.
6. Terdapat beberapa daerah yang memaksakan diri dalam pelaksanaan kurikulum
2013. Sebagai contoh Kota Tegal, pada tahun pelajaran 2013/2014 secara serentak
mewajibkan seluruh sekolah untuk menerapkan kurikulum 2013. Hal ini jelas
menimbulkan permasalahan, misalnya mahalnya biaya pengadaan buku. Masalah ini
menjadi lebih parah manakala siswa diwajibkan untuk membeli buku sendiri.
KENDALA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMA N 1 MUARO JAMBI
Beberapa kendala dalam implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran kimia di SMA N 1 Muaro Jambi yaitu :
1. Proses pembelajaran student center
Apabila dalam pembelajaran dipusatkan pada siswa saja, maka akan terjadi miskonsepsi dan membingungkan siswa karena siswa belum terbiasa dengan proses pembelajaran yang seperti ini, siswa sudah terbiasa dengan guru menjelaskan dan siswa mendengarkan. Oleh karena itu guru tetap harus menggunakan metode ceramah demi berlangsungnya pembelajaran. Namun peran guru disini lebih untuk membimbing dan mengarahkan siswa memahami materi yang sedang diajarkan.
2. Sumber belajar
Pada penerapan kurikulum 2013 ini, siswa dituntut untuk memiliki buku. Tetapi dalam penerapanya sekolah hanya menyediakan buku-buku untuk matapelajaran umum seperti bahasa indonesia, bahasa inggris, matematika dan lain-lain. Untuk matapelajaran ipa atau ips buku tidak disediakan oleh sekolah.
3. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana yang disediakan pemerintah untuk SMA N 1 Muaro Jambi masih sangat terbatas. Memang untuk laboratorium kimia sudah tersedia, tetapi tidak tersedia infokus dan lab Komputer. Padahal pada kurikulum 2013 Ujian Nasional menggunakan komputer atau sistem CBT tetapi komputer yang tersedia dalam sekolah tersebut sangat terbatas.
4. Peminatan/ pemilihan jurusan dilakukan diawal masuk
Sebelum masuk sekolah, siswa telah memilih jurusan yang akan dijalaninya selama menjadi siswa SMA dengan cara mengikuti psikotes. Pemilihan jurusan ini didasarkan oleh hasil psikotes dan angket yang diberikan sekolah. Banyak masalah yang ditemui disini, terkadang orang tua menginginkan anaknya masuk jurusan ipa, tetapi anak tersebut tidak mempunyai kemampuan dibidang ipa, justru si anak mempunyai kemampuan dibidang ips. Hal inilah yang akan menyebabkan kesulitan si anak dalam proses pembelajaran, karna si anak tersebut bisa dikatakan salah masuk jurusan. Yang seharusnya masuk ips justru malah masuk ipa, sehingga siswa akan kesulitan memahami materi yang telah diberikan.
5. Matapelajaran kimia dijadikan Ujian Nasional pilihan
Permasalahan yang muncul yaitu pada saat kimia dijadikan ujian nasional yaitu sedikitnya minat siswa untuk memilih kimia sebagai ujian nasional kimia. Hal ini dapat terjadi karena siswa beranggapan bahwa kimia itu sulit dan sangat membosankan jika dibandingkan dengan biologi yang kita ketahui hanya mengandalkan pemahaman dan hapalan. Sedangkan kimia ini banyak menggunakan rumus dan soal yang dihadapi cenderung soal hitungan. Itulah yang menyebabkan siswa kurang berminat untuk mengambil matapelajaran kimia sebagai Ujian Nasional pilihan.
Dari berbagai masalah
diatas, solusi apa yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah yang timbul
tersebut ? Berikan ide cemerlang mu... :)
maaf setau saya, kurikulum 2013 yang saat ini dipakai itu sudah lebih mudah dibandingkan kurikulum 2013 yang pertama kali keluar, jadi saat pengisian lapor pun juga sudah gampang dan sekarang sudah banyak guru yang mengerti dengan kurikulum 2013
BalasHapusiya memang benar kurikulum 2013 yang sekarang diterapkan sudah mudah. tetapi untuk masalah penulisan raport yang mengacu pada sistem perguruan tinggi yang sulit untuk dimengerti para orang tua.
Hapusmemang benar permasalahan tersebut, mahalnya pengadaan buku membuat penerapan kurikulum 2013 terhambat atau terkendala. namun siswa kan tidak harus membeli buku tersebut, bisa juga siswa meminjam buku di perpustakaan atau dengan memfotocopy buku tersebut
BalasHapusbagaimana dengan sekolah yang memiliki keterbatasan jumlah buku yang tersedia di perpustakaan?
Hapusbiasanya di sekolah-sekolah terpencil penyediaan buku diperpustakaan utu sangatlah terbatas.
untuk permasalahan buku, betul yang dikatakan saudari Dwi astuti, siswa dapat meminjam buku diperpustakaan sekolah, toh kita memiliki dana pendidikan. maka gunakanlah dana tersebut untuk memperbanyak koleksi buku diperpustakaan sekolah
BalasHapus